Much. Khoiri
Sesiang ini kagumku padamu tak lekang panas
Karena sengat mentari telah larut dalam teduhmu
Oh, betapa menggetarkan doamu di arasy’ Tuhan
Sehingga Dia mensabda awan untuk memayungiku
Dalam menghampirimu dengan segenap kasih rindu.
Madam Century, bukakan pintumu sekarang
Aku datang memaket kabar dari Pontianak,
Banjarmasin, Manado, Yogyakarta, Surabaya,
Gorontalo, dan Aceh Darussalam yang ramah
: Saudaraku kini mengukir senyum bersalam
Sebab kau menawan
kami dalam rindu memenjara.
Century, madam adalah semata engkau
Kauhangatkan aku dalam dinginku
Kausejukkan aku dalam puncak sumuk-ku*
Kautembangkan lagu dalam suntukku
Kausembuhkan encokku kian memburu
Kauasrikan taman hati yang kian berdebu
Dan engkau tempatku berlabuh hingga subuh.
Century, malam ini biarkan kepalaku di pangkuanmu
Memandang Monas, Senayan, dan hutan beton berpendaran
Yang membuat Jakarta memamerkan gemintangnya
Untuk melupakan sejenak kemacetan, kemelaratan,
Ketidakadilan yang kusaksikan di sepanjang jalan;
Agar aku menikmati wangimu dan belai jemarimu
Yang membius dan memabukkan seperti biasanya.
Century, engkau tidak lagi gadis ayu belasan warsa
Yang membuatku tergila-gila dengan darah muda
Namun di hatiku engkau tetaplah seksi dan menawan;
Ya, engkau tetaplah Evita Peron atawa Madonna
Yang membuatku tertambat ke rengkuhanmu membara,
Hingga aku kepayang, malam hingga menjelang siang.
Century, jika nanti aku keluar dari pintu rumah
Biarlah kukecup keningmu sebagai bekal di jalan
Sebab engkau bekal terindah di antara semua
Makhluk yang berhiaskan bulan dan bintang--
Sebab engkau t’lah menghuni luasan taman hati
Sejak tiga tahun ini kita hangus dalam kisah kasih.
Hotel Atlet Century Park
Jakarta, 2 Juli 2013
*sumuk – panas
berpeluh.