It’s A Place for Self-Reflection, The World of Words Expressing Limitless Thoughts, Imagination, and Emotions

21 Januari 2011

ENGLISH FOR PROFESSIONAL DEVELOPMENT


Much, Khoiri
Pengantar
Judul di atas dimaksudkan untuk memberikan pemahaman bagaimana bagaimana bahasa Inggris berkaitan erat dengan upaya  pengembangan profesi(onal).  Bagi mereka yang sudah meniti suatu profesi atau yang masih merancang suatu profesi tertentu di masa depan,  bahasa Inggris diharapkan dapat mendorong, mendukung, dan bahkan mempercepat proses perkembangannya. Dalam kalimat lain, bahasa Inggris dapat dianggap sebagai kunci penting dalam pengembangan profesi.

Tulisan ini akan memulai pemaparan dengan mengedepakan pengertian professional development.  Setelah itu paparan dilanjutkan dengan strategi pengembangan profesi yang meliputi strategi pengembangan dalam pekerjaan dan di luar pekerjaan.  Kemudian, tulisan akan menekankan bagaimana bahasa Inggris memainkan peran yang penting dalam pengembangan profesi. 

Pengertian
            Professional development (pengembangan profesi-onal) atau pengembangan karir yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah upaya individual atau perusahaan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan, dalam upaya meningkatkan kinerja terbaik.  Pengembangan profesi, karena itu, sebenarnya bukan urusan orang yang masih mencari pekerjaan melainkan mereka yang sudah bekerja di suatu perusahaan atau instansi tertentu. Bagi mereka yang belum bekerja, pemahaman tentang pengembangan profesi hanya bertindak sebagai wawasan yang baru diterapkan di kemudian hari tatkala yang bersangkutan meniti karir.
            Dalam konteks demikian, pengembangan profesi hakikatnya merupakan bagian dari setiap pekerjaan, suatu bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan tubuh karir yang dititi seseorang.  Baik untuk keuntungan pribadi maupun untuk perusahaan, pengembangan profesi merupakan kebutuhan vital yang harus diwujudkan dalam tubuh perusahaan—bukankah setiap manusia juga menginginkan peningkatan kualitas hidup?
            Perusahaan atau instansi yang kuat lazimnya memberikan kesempatan untuk pengembangan profesi dengan mendorong karyawannya mengikuti training (pelatihan) teknologi baru, melanjutkan studi, bantuan biaya (tuition assistance) untuk kegiatan ilmiah, menghadiri berbagai konferensi atau seminar, dan kegiatan-kegiatan lain yang didesain untuk mengembangkan karir karyawan.  Akan tetapi, memang ada perusahaan atau instansi yang hanya memberikan fasilitas terbatas untuk mendorong pengembangan profesi/karir karyawan; bahkan ada yang sangat pelit alias tidak memberikan insentif atau dana untuk membantu karyawan mengembangkan diri agar memenuhi tuntutan pekerjaan. Karena itu, saat wawancara kerja, pelamar hakikat berhak untuk melacak apakah perusahaan atau instansi bersangkutan kelak akan memberikan dukungan positif baginya untuk pengembangan profesi.
            Meski demikian, apapun komitmen perusahaan atau instansi terhadap pengembangan profesi karyawan, tanggungjawab mendasar untuk pengembangan profesi itu hakikatnya berada di pundak karyawan sendiri.  Sebagian karyawan biasanya menggerutu jika mendapati bahwa perusahaan atau instansi tempatnya bekerja ternyata tidak memberikan fasilitas atau dukungan memadai baginya untuk mengikuti kuliah lanjut atau seminar misalnya—sehingga dia merasa putus asa dan akhirnya tak berbuat apa-apa untuk kepentingan pengembangan karirnya. “Kebijakan” semacam ini, dengan demikian, sebenarnya malah merugikan diri sendiri. Ini merupakan sikap negatif yang menggerogoti karirnya sendiri.
            Orang harus menumbuhkan sikap positif untuk berkembang. Kendati perusahaan atau instansi tidak atau kurang memfasilitasinya untuk mengembangkan profesi, dia seharusnya lebih kreatif menemukan berbagai aktivitas penunjang karir—yang mesti dianggap sebagai peluang dan tantangan. Untuk itulah berikut ini disajikan strategi pengembangan profesi.

Strategi Pengembangan Profesi
            Sebagaimana wawancara kerja atau aktivitas hidup lain, pengembangan profesi pun memerlukan strategi. Dengan strategi, pengembangan profesi akan terarah dan terkendali menuju status atau hirarki tertentu yang diidamkan. Dalam tulisan ini strategi pengembangan profesi dipilah menjadi dua: pengembangan di dalam konteks pekerjaan dan di luar konteks pekerjaan.

1.      Pengembangan dalam pekerjaan
Pengembangan profesi dalam konteks ini merujuk ke upaya-upaya yang dapat diakses atau dilakukan seorang karyawan sambil menunaikan tugas-tugas utama dalam pekerjaannya. Maksudnya, sambil menunaikan tugas rutinnya, dia sekaligus (diam-diam) belajar dan belajar untuk mengembangkan diri. Bahkan dia akan memanfaatkan waktu senggang sekecil apapun untuk melakukan pengembangan profesi secara “privat” ini.

Karyawan yang ingin maju berinisiatif untuk bertindak sebagai volunteer untuk melakukan tugas-tugas baru yang menantang, khusunya tugas-tugas yang  memang dibutuhkan untuk mempelajari suatu ketrampilan baru. Terkait dengan ini, karyawan tersebut juga mau menantang diri sendiri dengan menerima tanggungjawab baru yang diberikan oleh atasan (bos), baik untuk periode terbatas atau periode yang cukup panjang. Tidak ada salahnya dia kemudian secara tak langsung juga mempelajari dan meningkatkan kemampuannya mengerjakan tugas-tugas karyawan lain.
Karyawan yang ingin maju juga men-training diri untuk menguasai teknologi-teknologi, prosedur, dan teknik yang baru.  Sejalan dengan itu, dia juga dapat memanfaatkan berbagai kesempatan pelatihan-pelatihan yang bersifat in-house training. Penting juga ikut menciptakan kesempatan untuk memecahkan masalah-masalah lama atau untuk mengembangkan system baru dengan sebuah tim kerja yang terdiri atas teman-teman sekerja. Secara profesional dia perlu mengembangkan diri dengan menemukan pendekatan-pendekatan baru berkaitan dengan permasalahan perusahaan.
Selanjutnya, dia perlu melakukan perbaikan-diri lewat manajemen stress dan waktu, ketrampilan komunikasi, teknik relaksasi, serta kelas-kelas kesehatan dan latihan.  Pengembangan diri mengarahkan orang kepada prestasi profesional dengan meningkatkan  kreativitas, energi dan produktivitas. Gabungkan kesehatan dan keseimbangan ke dalam rutinitas keseharian.
Dia juga perlu membaca literature-literatur profesi(onal) yang dapat dilacak lewat kantor SDM, perpustakaan, atau sistem surat-menyurat. Carilah kesempatan untuk mengikuti seminar-seminar yang relevan dengan profesi, dan hadirilah dengan harapan untuk memperoleh gagasan-gagasan baru dan inovatif. Untuk selanjutnya, dia perlu berlatih bertindak sebagai panitia atau satuan tugas yang bertugas menangani isu-isu kritis seperti perencanaan dan evaluasi.
Lebih jauh, dia juga perlu berani menerima tanggungjawab untuk mewakili atau menjadi duta perusahaan atau instansi dalam konferensi atau konvensi lokal dan nasional. Dalam kesempatan demikian dia justru berkesempatan untuk menawarkan gagasan-gagasan unik dan inovatif untuk kepentingan perencanaan misalnya.  Untuk menunjang tugas itu, dia mungkin akan mencari peluang menemukan insentif atau biasiswa guna mendukung tugas-tugas yang harus dilakukannya.
Dalam tingkat ekspresi, karyawan yang proaktif juga menulis berbagai artikel atau  feature-featur promosi ke jurnal-jurnal atau newsletter.  Dalam konteks demikian, dia memberikan kontribusi bagi pengembangan diri dan perusahaan dengan membagi (sharing) penelitian personal, gagasan inovatif, atau opininya.
Untuk memperluas wawasan, dia sebaiknya juga belajar dengan para ahli di bidangnya. Dalam hal ini dia akan mengidentifikasi orang-orang dalam karirnya yang memiliki keahlian menonjol, dan membaca apa yang telah mereka tulis, mengatur untuk mengikuti perkuliahan mereka, mencoba berperan sebagai asisten, atau belajar bersma-sama dengan mereka.
Dan untuk melatih kemampuan komunikasi (publik), ada baiknya seseorang juga menjadi mentor bagi mahasiswa atau pemagang yang sedang berada di dalam perusahaan/instansi tersebut. Kegiatan ini melatih dirinya untuk mengklarifikasi tujuan-tujuan sendiri, mempelajari perkembangan-perkembangan baru di bidang kerja, dan meraup keuntungan (tak langsung) bagi karir atau profesinya.

2.      Pengembangan di luar pekerjaan       
Pengembagan profesi juga dapat ditempuh dengan jalur pengembangan di luar pekerjaan, menurut Sumarliah dkk., misalnya, meliputi:
·         Mengikuti kursus dan seminar
·         Bergabung organisasi profesi, atau kegiatan sosial sebagai anggota aktif
·         Mengembangkan jaringan informal sejawat, dan menggelar diskusi atau pertemuan berkala secara teratur
·         Selalu mengikuti perkembangan bidang kerja
·         Menulis artikel, tinjauan buku, atau komentar untuk jurnal profesi
·         Menyediakan waktu untuk refleksi, relaksasi, dan pembaruan
·         Mengembang-luaskan minat yang berkaitan dengan kerja
·         Memelihara kebiasaan makan yang baik dan melakukan senam secara rutin
·         Belajar dan selalu belajar tentang apapun, dengan cara apapun, dan secepat-cepatnya.


Peran Bahasa Inggris
            Pengembangan profesi, dengan segala strateginya, akan lebih terpacu dinamikanya dengan peran bahasa Inggris.  Karyawan yang memiliki kompetensi bahasa Inggris aktif, baik lisan maupun tulis, berkesempatan lebih luas untuk berkembang cepat dibandingkan karyawan yang memiliki kompetensi bahasa Inggris pasif (baca: pas-pasan).
            Kemampuan bahasa Inggris yang memadai dibutuhkan saat bekerja, terutama saat berkutat dengan komputer, internet, atau surat-menyurat dengan pihak asing. Ia juga bermanfaat tatkala melakukan komunikasi atau sosialisasi dalam perusahaan yang melibatkan kolega-kolega yang terbiasa menggunakan bahasa Inggris, khususnya tatkala ada tamu asing.
Untuk meningkatkan kemampuan atau wawasan, orang lazimnya melakukan kegiatan membaca literature tentang berbagai bidang yang diminatinya. Sementara kita tahu bahwa dewasa ini semakin banyak literature yang tertulis dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Jika dia memiliki kompetensi bahasa Inggris yang memadai, dia tak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam memahami literatur tersebut.
Demikian pula dengan seminar. Untuk seminar, orang harus bersiap-siap dengan membuat karya tulis atau makalah—yang tentu saja didukung dengan proses membaca berbagai literatur. Jika seminar itu berskala nasional, atau terlebih skala internasional, dia harus mampu berbahasa asing (termasuk bahasa Inggris) dengan baik.  Andaikata seminar itu berskala lokal pun, kutipan yang berbahasa Inggris masih dianggap memnyimpan prestise tersendiri. Dengan demikian jelas bahwa bahasa Inggris memiliki peran yang tidak kecil berkaitan dengan urusan seminar.
Mengikuti training dan membiasakan menulis juga sangat menuntut kemampuan bahasa Inggris yang memadai. Skala training lazimnya ikut mentukan seberapa jauh bahasa Inggris dibutuhkan untuk memperlancar proses kegiatan training tersebut. Adapun tentang kebiasaan menulis, orang yang suka menulis adalah orang yang juga suka membaca. Yang dibacanya tentulah bermacam-macam, dan tentulah mencakup karya-karya yang tertulis dalam bahasa Inggris.  Banyak buku terjemahan terpampang di took buku; itu pun berkat kehandalan kompetensi bahasa Inggris penterjemahnya. Andaikata seorang karyawan terbiasa menulis, dan berkemampuan bahasa Ingris baik, maka dia tentu tidak perlu membaca buku terjemahan—melainkan langsung buku aslinya.
Identik dengan semua itu adalah kepentingan bergabung dunia profesi. Seseorang karyawan yang menggabungkan diri ke dalam organisasi profesi akan lebih cepat matang jika dia memiliki kompetensi bahasa Inggris yang bagus. Sangat boleh jadi dia dijadikan figur atau panutan—setidaknya dipandang berstatus lebih—di antara anggota organisasi profesi tersebut.
Singkatnya, bahasa Inggris memiliki peran yang sangat penting bagi pengembangan profesi.  Dengan kalimat lain, bahasa Inggris tak dapat dipisahkan dengan upaya seorang karyawan untuk meniti karir atau profesi secara sukses.

Tutur Akhir
            Gagasan yang dipaparkan di atas telah menegaskan arti pentingnya bahasa Inggris dalam kaitannya dengan pengembangan profesi seseorang karyawan.  Pengembangan profesi, yang dapat ditempuh dengan lewat jalur “dalam pekerjaan” dan “luar pekerjaan”, agaknya akan dapat diakselerasi dengan kompetensi bahasa Inggris yang memadai. Juga sangat boleh jadi bahwa meningkatkan kompetensi bahasa Inggris termasuk sebagian langkah konkret dari upaya pengembangan profesi.




            Hubungan antara pengembangan profesi dan kompetensi bahasa Inggris sebenarnya bukan lagi merupakan hubungan yang istimewa, melainkan malah sudah menjadi sebuah keniscayaan.  Bahasa Inggris bukan lagi bahasa yang unik. Ia bahkan sudah dianggap sebagai bahasa komunikasi ketiga setelah bahasa lokal dan nasional. Sudah biasa! Jadi pengembangan profesi dengan dukungan kompetensi bahasa Inggris sebenarnya bukan barang baru, tetapi masih tetap dianggap sesuatu yang langka oleh orang yang memiliki kompetensi bahasa Inggris rendah.
            Mudah-mudahan tulisan ini bertindak sebagai pemicu (trigger) atau  inspirator yang mencerahkan. Dan jawabannya akan dibuktikan oleh sidang pembaca yang budiman.***


BAHAN BACAAN

Broughton, Geoffrey. 1970. Success with English: Coursebook 3.  Middlesex,
England: Penguin Books
Carnegie, Dale. 1987. How to Win Friends and Influence People (Tuan Ingin
            Banyak Kawan?) Jakarta: Balai Pustaka.
King, F.W and D. Ann  Cree. 1962. English Business Letters. Essex, England:
Longman
Littauer, Florence. 1996. Personality Plus (Terj. Anton Adiwiyoto). Jakarta:
Binarupa Aksara.
Sumarliah, Eli., dkk. 2003. English for Career and Business. Jakarta: Indonesian
Education Management Institute (IEMI).
Whitehead, G. and D. H. Whitehead. 1982. Pitman Business Correspondence.
Jakarta: Binarupa Aksara

1 komentar:

Senaocto89 mengatakan...

Selamat Siang pak,
Perkenankanlah nama saya Sena Okto Priankartino saya lulusan S1 Sejarah tapi buta bahasa Inggris Saya ingin menjadi orang sepeerti bapak yang bisa menguasai bahasa Internasional dengan fasih tapi tetap Down to Earth.
saya juga masih bingung mencari pekerjaan terkait dengan bidang saya ini terlebih lagi saya mempunyai mimpi besa, untuk bahagiakan orang tua.
kalau diizinkan saya boleh meminta alamat email bapak untuk sekadar curhat, terima kasih atas waktunya.
Terima Kasih Pak,

Sena Okto Priankartino