Oleh MUCH. KHOIRI
Melayani
konsultasi menulis online lewat chatting
fesbuk? Mungkin bagi sebagian orang, hal ini berlebihan; terlebih bagi mereka
yang menganggap fesbuk sebagai media haram. Namun, bagi saya, fesbuk bisa
dimanfaatkan secara produktif, termasuk melayani kosultasi menulis online.
Dalam urusan
tugas kantor saja, saya memberi kuliah dan membimbing skripsi, yang banyak
berkaitan dengan dunia menulis. Karena padatnya acara tugas tambahan ini-itu
(terlebih dinas luar kota), saya kerap memberikan layanan konsultasi menulis
bagi mahasiswa lewat fesbuk.
Saat
mahasiswa mengalami kesulitasn menulis, padahal saya tidak ada di kampus, saya
sering memberikan waktu pada mahasiwa tersebut untuk ber-chatting di fesbuk. Waktunya sesuai kesepakatan, kadang petang,
kadang menjelang tengah-malam. Skope-nya luas, baik teknik maupun substansi.
Selain membimbing
menulis dalam mata kuliah, saya hampir pasti melayani konsultasi bimbingan skripsi
lewat fesbuk. Dalam sekali online tak
kurang dari 5 chatting box terbuka
bersamaan. Artinya, dalam waktu itu ada 5 mahasiswa dan 5 topik skripsi yang
harus saya layani. Kadang jumlahnya mencapai 10 boks.
[Belum lagi
teman-teman S2/S3 yang mengajak sharing
tentang proyek tesis mereka. Mereka lazim bisa berlama-lama online dengan saya, karena tak jarang
perlu membandingkan konsep. Kalau diskusi begini, waktunya biasanya pas akhir
pekan, ketika saya tidak sedang sibuk mengejar deadline.]
Memang,
semula saya mengalami kesulitan untuk mengelola kosultasi online semacam itu. Bayangkan, jika ada beberapa mahasiswa secara
bersamaan menanyakan kasus skripsi masing-masing, saya harus secepatnya
menyesuaikan diri sana-sini. Jika tidak, diskusi pasti tersendat.
Karena
saya kebetulan punya 10 atau lebih bimbingan skiripsi, kadang saya lupa judul
skripsi mereka satu persatu. Nah, untuk mengatasi hal ini, saya minta mereka
untuk menuliskan judul skripsi mereka sebelum konsultasi dimulai. Begitu judul
dikenali, saya teringat apa konten dan perkembangan skripsi tersebut.
Alangkah
efisien-nya menggelar konsultasi online
lewat fesbuk. Untuk menunjang konsultasi darat, konsultasi online ini menjadi solusi bagi saya saat berada di luar kota.
Selain biaya, mahasiswa bisa efisien waktu. Dari pada menunggu kedatangan saya dari
luar kota, mereka ngirit waktu dan
tak harus menunggu hingga saya pulang dari tugas.
Untuk
membiasakan konsultasi online itu,
memang, tidaklah mudah. Awalnya saya menemukan kendala demi kendala. Namun,
akhirnya saya terbiasa dengan berbagai situasi. Sekarang, konsultasi online begini saya jalankan dengan
enteng hati, dengan harapan bahwa mahasiswa tetap merasakan kehadiran saya di
samping mereka. Setidaknya, mereka tetap berproses dengan projek menulis
mereka.
Lebih
dari itu, kapan pun saya online, dan
mendapati mahasiswa bimbingan saya sedang online,
maka saya segera menyapa yang bersangkutan dan mendorong mereka untuk segera merampungkan
skripsi. Karena itu, maaf, kadang, mahasiswa yang tidak menggarap skripsi
sesuai jadwal, mereka agaknya kurang suka online—karena mereka khawatir saya opyak-opyak!
Itu
konsultasi kuliah dan bimbingan skripsi secara online. Padahal, saya memiliki puluhan atau ratusan (mantan)
peserta pelatihan menulis dan pelatihan lain yang tetap menjalin pertemanan
yang baik. Saya juga punya grup “Gerakan Guru Menulis Buku” (G2MB), Komunitas
Mahasiswa Menulis (KMM), Komunitas Siswa Menulis (KSM), dan lain-lain.
“Teman-teman”
saya tersebut sering ikut nimbrung di dalam chatting
fesbuk saya ketika saya online. Banyak
hal yang ditanyakan, ada yang tentang teknik menulis, ada juga tetang motivasi,
dan sebagainya. Saya hanya melayani mereka selagi saya mampu.
Saya
hanya yakin, bahwa berbagi ilmu itu membawa berkah yang melimpah-limpah; dan
tak ada ceritanya berbagi ilmu membuat seseorang kehabisan ilmu. Ilmu yang
dibagikan akan berkembang dan meluas. Lagi pula, saya sadar, saya tidak punya
uang banyak untuk dijariyahkan—kecuali, dalam hal ini, sedikit ilmu (menulis).
Meski
dasarnya konsultasi online, tak jarang konsultasi berlanjut lewat email
dan/atau bertemu langsung. Dalam hal ini, mereka biasanya mengirimkan file
karya mereka ke email saya terlebih dulu; kemudian saya memberikan koreksi dan
masukan terhadap karya tersebut, dan setelah selesai, mengirimkan balik ke
pengirimnya.
Bagi
yang ingin bertemu langsung, saya menyediakan waktu tertentu selagi saya cukup
longgar (*karena saya jarang benar-benar longgar). Pertemuan langsung ini pun
merupakan tindak lanjut dari “konsultasi online” terhadap naskah yang terkirim
lewat email dan telah saya komentari.
Begitulah,
konsultasi menulis secara online merupakan solusi yang cukup jitu bagi dosen (trainer) yang sering bertugas ke luar kota,
sementara waktu yang ada untuk konsultasi darat sangat terbatas. Setidaknya,
itu memangkas jarak (ruang) dan waktu antara pembimbing dan yang dibimbing.
Dalam
konsultasi menulis (termasuk skripsi), dengan tetap menjaga kualitas dan etika
akademik, bukankah mempermudah proses bimbingan itu jauh lebih indah dari pada
mempersulitnya?***
Surabaya,
6 Juli 2013.
Copyrights@Much.
Khoiri, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar